Minggu, 06 September 2009

Hasil Melimpah, Konsumsi Ikan Rendah

Penduduk Indonesia sangat rendah konsumsi ikannya. Padahal negara ini tergolong sangat luas perairannya, bahkan tiga kali lipat luas daratannya. Konsumsi ikan rakyat Indonesia baru 23 kg per kapita per tahun. Bandingkan dengan penduduk Malaysia, Thailand, dan Singapura yang konsumsi ikannya sudah melebihi 40 kg per kapita per tahun, atau Amerika Serikat yang sekitar 80 kg. Apalagi dengan Jepang dan Korea Selatan yang mencapai 140 kg per kapita per tahun.



angat aneh kenapa kebanyakan penduduk Indonesia tak menyukai ikan, padahal produk perikanan tangkapnya termasuk tertinggi di dunia atau mencapai 4,7 juta ton pada tahun 2003 saja, dan perikanan budi daya mencapai 1,3 juta ton. Namun kebanyakan ikan berkualitas tinggi itu diekspor. Sedangkan rakyat miskin di Indonesia, karena alasan ekonomi, hanya mengonsumsi ikan asin kering yang sudah jauh berkurang kadar gizi dan proteinnya.

Ikan asin yang diolah dengan baik masih menyehatkan. Para pengolah ikan tradisional perlu diberi bimbingan teknis dan modal kerja untuk menghasilkan ikan yang higienis. Ikan yang berharga murah pun cukup banyak, namun masyarakat perlu diberi pengetahuan memadai tentang jenis ikan yang harganya murah dan mudah diperoleh itu, misalnya ikan kembung, selar, lele, dan nila.

Mereka yang mampu secara ekonomi ternyata juga lebih suka mengonsumsi daging sapi, kambing, dan ayam. Gerai-gerai penjual ayam goreng, misalnya, selalu dipenuhi warga. Sate kambing lebih populer dibandingkan sate ikan. Padahal, daging dengan kadar lemak tinggi tidak baik untuk kesehatan, terutama untuk mereka yang sudah melewati usia 40 tahun.

Menurut Kepala Pusat Data Statistik dan Informasi Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) Aji Sularso, Indonesia memang terlambat mempopulerkan gemar makan ikan, termasuk menjelaskan betapa tinggi protein yang terdapat pada ikan, baik yang di laut maupun di darat. DKP sendiri baru dibentuk lima tahun lalu. Padahal Indonesia adalah negara bahari yang dulu sangat terkenal ke seantero dunia.



Modal Usaha

Memang harus ada komitmen dari semua pihak untuk menggalakkan gemar makan ikan, serta bagaimana meningkatkan modal usaha dan kemampuan untuk membuat ikan tetap segar dan sehat. Inilah yang menjadi pekerjaan rumah DKP dan instansi lainnya untuk menggairahkan produksi ikan dan memasyarakatkan gemar makan ikan. Presiden dan para menteri harus ikut mempopulerkan, agar negara kita lebih maju dan rakyatnya lebih sehat.

Ikan, menurut perairan tempat hidupnya, terdiri dari ikan air tawar dan ikan laut. Keduanya adalah makanan sumber protein yang sangat penting untuk pertumbuhan tubuh. Ikan mengandung 18 persen protein yang terdiri dari asam-asam amino esensial yang tidak rusak pada waktu pemasakan. Kandungan lemaknya 1-20 persen lemak yang mudah dicerna serta langsung dapat digunakan oleh jaringan tubuh. Kandungan lemaknya sebagian besar adalah asam lemak tak jenuh yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan dapat menurunkan kolesterol darah.

Sampai saat ini, ikan biasanya dikonsumsi langsung, termasuk masyarakat nelayan yang sehari-hari biasa memakan ikan. Padahal ikan dapat diolah menjadi berbagai produk seperti ikan asin, ikan kering, dendeng ikan, abon ikan, kerupuk ikan, ikan asin, kemplang, baso dan bak pauw ikan, serta tepung ikan. Jika diolah dalam berbagai produk, ikan akan digemari oleh anak-anak hingga orang dewasa.

Banyak orang telah menyadari bahwa makan ikan dari laut dan air tawar lebih baik nilai gizinya, namun hanya orang di pesisir yang gemar makan ikan laut. Orang di daerah pedalaman jarang mengonsumsi ikan laut, mungkin karena kesegarannya kurang terjamin sehingga bisa mengubah rasa ikan. Di daerah pedalaman yang ada sungai, empang, dan danau, tentu banyak ikan air tawar yang tidak kalah nilai proteinnya dan juga bermanfaat untuk pertumbuhan tubuh.

Hasil penelitian menunjukkan, protein ikan amat mudah dicerna dan diabsorbsi. Itulah sebabnya ikan dan hasil produknya banyak dimanfaatkan orang yang mengalami kesulitan pencernaan. Agar orang gemar makan ikan, banyak cara mengolah yang tersebar di Nusantara dengan tradisi masing-masing daerah yang bisa dipelajari supaya banyak variasi dalam pengolahannya.

Seorang ibu sebaiknya mengenalkan ikan sejak anaknya masih bayi, antara lain lewat nasi tim, karena nilai gizinya yang tinggi untuk pertumbuhan supaya kalau besar anak gemar makan ikan. Pemerintah pusat, daerah, swasta, tokoh-tokoh masyarakat, guru, dan kalangan media sebaiknya mempopulerkan ikan dengan gencar. Kampanye yang gencar bisa meningkatkan konsumi ikan dan menggalakkan produktivitas nelayan, yang umumnya masih diliputi kemiskinan.




Jarang Sakit

Para pengamat memaparkan, keluarga nelayan yang terbiasa mengonsumsi ikan, jarang sakit dan tak pernah terdengar mengalami busung lapar. Nelayan tampak sehat walaupun harus bekerja menempuh badai, diterpa hujan dan angin kencang. Anak-anak nelayan kuat berlama-lama berendam di pantai atau sungai. Jarang ada puskesmas di perkampungan nelayan karena memang mereka jarang sakit.

Para ahli menemukan, komposisi asam-asam amino dalam bahan makanan hewani sesuai dengan komposisi jaringan di dalam tubuh manusia. Karena ada kesamaan ini maka protein dari ikan, daging, susu, unggas, dan telur mempunyai nilai gizi yang tinggi. Ikan sering disebut sebagai makanan untuk kecerdasan dan fitalitas. Bahkan dipercaya memberi kemampuan daya tahan seks yang besar.

Kalau dalam menu sehari-hari kita menghidangkan ikan, kita memberikan sumbangan yang tinggi pada jaringan tubuh. Absorbsi protein ikan lebih tinggi dibandingkan daging sapi, ayam, dan lain-lain. Mengapa demikian? Daging ikan mempunyai serat-serat protein lebih pendek daripada serat-serat protein daging sapi atau ayam.

Kita dapat bandingkan dari tabel 1 dan 2 bahwa protein tertinggi dapat diperoleh dari mengonsumsi ikan laut jika dibandingkan dengan daging. Protein itu sendiri sangat diperlukan sebagai pembentuk jaringan baru. Kekurangan asupan protein dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan serta tidak optimalnya pertumbuhan jaringan tubuh dan jaringan pembentuk otak.

Sebenarnya ikan lebih murah harganya. Kita bisa memilih karena ikan banyak jenisnya. Kini sudah banyak ikan hasil budi daya, seperti kerapu, patin, emas, mujair, bandeng, nila, hingga lele. Hasil laut lain juga berprotein tinggi dan sangat bagus untuk kesehatan asal tidak berlebihan adalah kerang, cumi-cumi, kepiting, dan udang. Silakan pilih sesuai kemampuan, yang penting sehat dan cerdas menawan. Ayo makan ikan!

Sumber :
SUARA PEMBARUAN/SUMEDI TP - Rubrik Ekonomi - Minggu, 28/08/2005, dalam :
http://depoikan.com/depoikan/content/view/19/38/
6 September 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar